Makalah Supervisi Klinis (Administrasi dan Supervisi)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah supervisi
baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini. Kegiatan serupa
yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau
penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan,
supervisi merupakan bagian
dari proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di
sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam
mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih
cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan
sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua
program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju
pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui
kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat
pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang
bersangkutan. Salah satu model
supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1.
Bagimana
konsep supervisi dan supervisi Klinis?
2.
Bagaimana
karakteristik supervisi klinis?
3.
Apa
tujuan supervisi klinis?
4.
Bagiamana
teknik dan kriteria supervisi klinis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Supervisi dan Supervisi Klinis
Dalam konsep kuno supervisi
disamakan dengan inspeksi dalam artian mencari kesalahan. Sedangkan dalam
konsep modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar
sebagai bantuan bagi guru untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.
Namun kenyataannya di masyarakat, masih banyak orang beranggapan bahwa
supervisi pendidikan masih identik dengan pengawasan yang bersifat inspeksi.
Akibatnya tingkah laku seperti rasa kaku, ketakutan pada atasan, tidak berani
berinisiatif , bersikap menunggu instruksi, dan birokratis lainnya bagi para
guru.
Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya
adalah adanya kebutuhan sesuatu dalam landasan pengajaran dengan cara
membimbing guru, memilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu
melaksanakan tugasnya dengan kreatifitas yang tinggi.
Secara
umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar guru dapat membantu para
siswa belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi merupakan gabungan dari kata
super yang berarti luar biasa, istimewa, atau lebih dari yang lain, sedangkan
visi artinya kemampuan untuk melihat persoalan jauh ke depan, dengan demikian
supervisi adalah suatu pandangan yang luar biasa yang melihat permasalahan jauh
melampaui batas waktu sekarang sampai yang
akan datang.[1]
Supervisi
sebagai aktivitas yang dirancang untuk
memperbaiki pengajaran pada semua jenjang persekolahan, berkaitan dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak supervisi juga merupakan bantuan dalam
perkembangan dari belajar mengajar dengan baik ( Kimbal Willes, 1983), dari
sudut manjerial supervisi adalah usaha menstimulir, mengkoordinasi, dan
membimbing guru secara terus menerus baik individu maupun kolektif agar
memahami secara efektif pelaksanaan aktivitas mengajar dalam rangka pertumbuhan
murid secara Kontinyu ( Boardman dalam Syaiful Sagala). Kemudian supervisi
pendidikan menkoordinasi, menstimulir, dan mengarahkan perkembangan guru (
Brigs dalam Syaiful Sagala).[2]
Dengan
demikian supervisi diberikan kepada guru untuk mendukung keberhasilan belajar
siswa, meskipun supervisi sering diterjemahkan sebagai pengawasan namun
memiliki arti khusus yaitu “membantu” dan turut serta dalam usaha-usaha
perbaikan dan meningkatkan mutu. Kimbal Wiles dalam Saiful Sagala menegaskan bahwa supervisi
berusaha untuk memperbaiki situasi-situasi belajar mengajar, menumbuhkan
kreatifitas guru, memberi dukungan dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan
sekolah, sehingga menumbuhkan rasa memiliki bagi guru. Burton mengemukakan
bahwa supervisi sebagai usaha bersama untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan belajar siswa.[3]
Sejak
tahun 1980-an di Indonesia diperkenalkan istilah supervisi klinis atau sering
disebut supervisi pengajaran.[4]
Cogan mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah upaya yang dirancang secara
rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas, dengan tujuan
untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Unsur penting
supervisi klinis mencakup penciptaan iklim supervisi umum yang sehat, sistem
supervisi khusus yang saling mendukung disebut “kesejawatan” dan siklus
supervisi ini mencakup pertemuan, observasi guru selama bekerja dan analisis
pola
Menurut
Snyder dan Anderson supervisi klinis dapat diartikan sebagai suatu teknologi perbaikan pengajaran,
tujuan yang dicapai dan memadukan kebutuhan sekolah dan pertumbuhan personal.
Supervisi klinis merupakan suatu model supervisi untuk menyelesaikan masalah
tertentu yang sudah diketahui. Supervisi klinis merupakan sistem bantuan dari
dalam kelas yang dirancang untuk memberikan bantuan langsung kepada guru.
Dengan supervisi klinis diharapkan jurang yang tajam antara “perilaku nyata”
dan “perilaku ideal” para guru dapat diperkecil terutama dalam
rangka peningkatan kulaitas dan kemampuan para guru memecahkan berbagai
persoalan, karena seringkali para guru menghadapi inovasi-inovasi pendidikan.
Supervisi klinis adal suatu proses bimbingan bertujuan membantu pengembangan
profesional guru/calon guru, dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi
dan analisis data secara teliti dan objjektif sebagai pegangan untuk perubahan
tingkah laku tersebut.
Dalam
prakteknya supervisi klinis mempersyaratkan hubungan intens antara supervisor
dan guru ketimbang yang terjadi pada evaluasi tradisional. Supervisi klinis
sebagai intervensi yang direncanakan dalam dunia tiruan, karenanya tidak hanya
memperhatikan perilaku guru dan anteseden perilaku ini juga berkaitan dengan
ketidak utuhan dengan asumsi, kepercayaan, tujuan dan perilaku guru. Supervisor
dalam praktek supervisi klinis dapat dilakukan oleh sejawat guru atau kepala
sekolah atas dasar kesepakatan bersama baik yang berkaitan dengan teknik
pengajaran maupun hal lainnya. Oleh karena itu inti dari supervisi klinis
adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang
antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru
yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan
konsisten.
B.
Karakteristik Supervisi Klinis
Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis
bagi supervisor dan guru diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh
sejalan dengan rencana program yang dtentukan sebelumnya, adapun
karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1.
Perbaikan dalam
mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah
laku yang spesifik.
2.
Fungsi utama
supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru atau calon guru
yaitu (a) keterampilan menghayati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran
analitis, (b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional
berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat; (c) keterampilan dalam
kurikulum, pelaksanaan serta percobaannya; dan (d) keterampilan dalam mengajar.
3.
Fokus supervisi
klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan tugas mengajar dan bukan
mengubah kepribadian guru.
4.
Fokus supervisi
klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan
pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan
atas bukti-bukti pengamatan.
5.
Fokus supervisi
klinis pada masalah mengajar dalam jumlah keterampilan yang tidak terlalu
banyak, mempunyai arti vital bagi pendidikan, berada dalam jangkauan
intelektual serta dapat diubah bila perlu.
6.
Fokus supervisi
klinis adalah analisis konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement)
pada pola-pola atau tingkah laku yang berhasil dari mencela atau menghukum
pola-pola tau tingkah laku yang belum sukses.
7.
Fokus supervisi
klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan/atas keputusan/penilaian yang
tidak didukung oleh bukti nyata.
8.
Siklus dalam
merencanakan mengajar, dan menganalisis merupakan suatu komunitas dan dibangun
atas dasar penglaman masa lampau.
9.
Supervisi
merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang
berhubungan dengan pendidikan
10.
Proses
supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis
jalannya pengajaran.
11.
Tiap guru
mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok persoalan,
mengajarnya sendiri, dan mengembangkan gaya mengajarnya.
12.
Supervisi
mempunyai kebabasan dan tanggung jawab untuk menganalisis maupun mengevaluasi
cara supervisinya sendiri dengan caranya yang sama seperti menganalisis dan
mengevaluasi cara mengajar guru.[5]
C. Tujuan
Supervisi Klinis
Sueprvisi klinis mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
secara khusus.
1.
Tujuan
Umum
Konsep supervisi adalah memberi tekanan pada proses “pembentukan
dan pengembangan profesional” dengan maksud memberi respons terhadap pengertian
utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. Pembentukan profesional guru yang bermaksud untuk
menunjang pembaharuan pendidikan serta untuk memerangi kemerosotan pendidikan
terutama harus dimulai dengan cara mengajar guru dikelas. Dengan perbaikan dan
penyempurnaan diharapakan siswa dapat belajar dengan baik sehingga tujuan
pendidikan dan pengajaran dapat tercapai secara maksimal.
Mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat dikendalikan (controrabeland
maganeable) dapat diamati (observable) dan terdiri dari
komponen-komponen ketrampilan mengajar yang dapat dilatih secara terbatas (isolater)
maka ketiga kegiatan pokok dalam supervisi klinis yaitu pertemuan pendahuluan,
observasi guru pada saat bekerja dan peninjauan pola sehingga tujuan umum
supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
mengajar guru dikelas. Dalam hubungan inilah supervisi klinis merupakan kunci
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1)
Menyediakan
suatu balikan bagi guru secara objektif dari kegiatan yang baru saja mereka
lakukan, ini merupakan cermin agar guru dapat melihat apa sebenarnya mereka
perbuat saat mengajar, sebab apa yang mereka lakukan mungkinsekali sangat berbeda
dengan perkiraan mereka;
2)
Mendiagnosis,
memecahkan dan membantu memecahkan masalah mengajar;
3)
Membantu
guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar.;
4)
Sebagai
dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau
pekerjaan mereka;
5)
Membantu
guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus
menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri;
6)
Perhatian
utama pada kebutuhan guru.
Pada
waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang mengajar, maupun
sudah mengajar, ada dua hal yang utama menjadi perhatian utama maupun kebutuhan
yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan dalam mengajar. Kesadaran dan kepercayaan diri dalam
mengajar itu muncul dalam pertanyaan sebagai berikut:
1.
Dimanakah
saya berada?
2.
Bagaimanakah
tanggapan serta perasaan siswa mengenai diri saya?
3.
Seberapa
besarkah kemampuan saya?
4.
Apakah
siswa menemukan yang sebenarnya dia perlukan dalam belajar?
5.
Bagaimanakah
saya dapat memperbaiki diri saya sebagai guru?
Disadari
atau tidak, di dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar (generic
skill) tertentu agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan pelajaran
dapat tercapai. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapata dikelompokkan
sebagai berikut:
1.
Keterampilan
menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus, yang terdiri dari emberi
penguatan (reinforcement)
2.
Variasi
gaya interaksi dan penggunaan alat pandang dengar (variability),
menjelaskan (explaining), serta
3.
membuka dan menutup pelajaran (introductory
procedures and clusure)
Keterampilan
melibatkan siswa dalam proses belajar yaitu bertanya dasar dan lanjutan (basic
and advanced questioning), memimpin diskusi kelompok kecil (guiding
smaal grup discussion), mengajar kelompok kecil (small group teaching),
mengajar berdasarkan perbedaan individu (individualizet instruction),mengjar
melalui pertemuan siswa (discovery learning), dan membantu mengembangkan
kreatifitas siswa (fostering qualitivity).
Seorang
supervisor yang baik harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1.
Mempunyai
keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk memecahkan masalah
sendiri dan mengembangkan dirinya.
2.
Berkeyakinan
bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang
diinginkan
3.
Memiliki
kemampuan untuk menanyakan kepada orang laindan dirinya sendiri tentang asumsi
dasar serta keyakinan atas dirinya.
4.
Mempunyai
komitmen dan kemampuan untuk membuat rekan gurunya merasa penting, dihargai dan
maju.
5.
Memiliki
kemauan dan kemampuan untuk dapat membinahubungan yang akrab dan hangat dengan
semua orang tanpa pandang bulu.
6.
Memiliki
kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan
pengalaman-penglaman guru sebagai sumber membuatnya berusaha mencapai tujuan.
7.
Memiliki
antusiaisme dan keyakinan atas supervisi klinis sebgai proses kegiatan yang
terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi
guru
8.
Mempunyai
keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi dan menganlisis tingkah laku
guru mengajar
9.
Mempunyai
suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta berkeinginan keras
untuk terus memperdalam supervisi
D. Kriteria dan
Teknik supervisi Klinis
Agar proses supervisi klinis dapat
berjalan dengan baik dan lancar perlu kriteria serta teknik tertentu. Kriteria
dan teknik pertemuan pendahuluan terdiri dari hal-hal yang perlu dinilai oleh
supervisor terhadap guru, penentuan ini adalah mengadakan pertemuan dengan guru
dalam suasana yang menyenangkan, tidak mengancam dan menakuti, menentukan
bersama segi yang harus diamati selama pelajaran berlangsung dan cara membuat
observasi. Jika ada supervisor menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk
melihat segi-segi atau sub keterampilan yang akan diperbaiki atau
disempurnakan.
Kriteria dan teknik observasi
sebagai fungsi utama supervisi yang berusaha “menangkap” apa yang terjadi
selama berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat
mengingat kembali pelajaran atau bagian daripada pelajaran dengan tujuan
mengadakan analisis yang objektif. Ide pokok adalah mencatat apa yang terjadi
dan bukan disimpan dengan baik bemanfaat dalam analisis dan komentar kemudian.
Hal yang perlu diperhatikan adalah:
1.
Kelengkapan
catatan. Usaha mencata sebanyak mungkindikatakan taau dilakukan selama
pelajaran berlangsung. Hasilnya akan merupakan bukti-bukti bagi guru dan
supervisor untuk dikemukakan pada waktu bersama-sama menganalisis apa yang
telah terjadi selama pelajaran berlangsung. Semakin spesifik myang digambarkan,
semakin berarti ananlisis supervisor. Daripada mengatakan “teknik bertanya anda
menghalangi jawaban siswa” maka akan lebih baik apabila supervisor dapat
menunjukkan beberapa partanyaan atau pernyataan guru sewaktu mengajar untuk
menggambarkan maksud tersebut.
2.
Fokus.
Tidak mungkin untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas maka
supervisor harus memiliki asapek-aspek keterampilan yang akan dicatat. Hal ini
sebaiknya dilakukan dengan persetujuan guru sebelumnya yaitu didalam pertemuan
pendahuluan. Yang sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diwujudkan dlaam
bentuk semacam kontrak. Misalnya dalam suatu pelajaran tertentu adalah lebih
baik untuk memfokuskan observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pernyataan
guru atau terhadap penyegaran pertanyaan, dan sebagainya.
3.
Menyesuaikan
observasi dengan periode perkembangan mengajar guru. Observasi mungkin akan
menjadi selektif bila praktek atau latihan mengajar guru berkembang. Fokus
observasi ditujukan pada aspek-aspek yang lebih diinginkan guru misalnya jika
guru mempunyai kesulitan mengadakan transisi dalam pelajaran maka hal tersebut
merupakan sesuatu yang perlu difokuskan dalam observasi
4.
Mencatat
komentar walaupun proses mencatat harus seobjektif mungkin, supervisor sering
ingin mencatat komentra-komentranya agar tidak terlupakan. Cara terbaik untuk
melakukan hal ini adalah dengan memisahkan komentar dari catatan tetntang
proses pengajaran. Catatan ini ditempatkan pada tipe format observasi atau
dengan menggunakan tanda kurung.
5.
Pola
pengajaran adalah sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku pengajaran
tertentu dari guru misalnya unutk memberikan penguatan atau dalam mereaksi
terhadap pernyataan siswa untuk dibicarakan dalam pertemuan balikan.
6.
Membuat
guru tidak gelisah pada permulaan keterampilan mengajar, guru sering menjadi
bingung apabila ada orang dibelakang kelas sambil mengamati dan membuat
catatan-catatan tentang dirinya. Untuk meredakan atau menghilagkan perasaan
gelisah ini maka dalam pertemuan pendahuluan supervisor harus mengatakan secara
jelas bahwa yang dicatat hanya hal-hal yang disepakati dan harus ada
persetujuan kesepakatan tentang apa yang akan diobservasi atau dicatat.
Kinerja dan teknik balikan serta fungsi balikan dan hubungannya
dengan supervisi klinis adalah untuk menolong guru memperhatikan perubahan atau
lebih tepat peningkatan dalam tingkah laku mengajarnya. Balikan merupakan suatu
informasi kepada guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk mencapai maksud terebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Lebih
bersifat deskriptif daripada evaluatif. Balikan harus lebih bersifat deskriptif
daripada evaluatif karena fungsinya adalah memberi gambar yang terperinci
tentang penampilan guru, gambaran terperinci akan membantu guru menyadari
kemampuannya tanpa merasa dihakimi, sehingga muncul keinginan untuk
meningkatkan kemampuannya. Lagipula dengan menghindari bahasa yang lebih
bersifat evaluatif akan terkurangi reaksi atau sikap defensif guru.
2.
Memenuhi
kebutuhan baik supervisor maupun guru
3.
Ditujukan
untuk tingkah guru yang dapat dikendalikannya.
4.
Isi
balikan merupakan permintaaan guru dan bukan yang diadakan oleh supervisi
5.
Tepat
waktunya, balikan akan bermanfaat apabila diberikan setelah melaksanakan
pengajaran
6.
Harus
terkomunikasikan secara jelas kepada guru.
7.
Apabila
balikan itu diberikan oleh kelompok maka guru dan supervisor harus mempunyai
kesempatan untuk mencocokkannya dengan yang diberikan untuk kelompok untuk
menguji ketepatan balikan.
8.
Harus
dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihannya untuk mengembangkan
gaya mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diberi penguatan untuk cara
mengajar yang efektif tersebut.
9.
Hendaknya
dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang
menimbulkan masalah baginya.
10.
Data
balikan dalam bnetuk instrument observasi harus disimpan dengan baik oleh
supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan keterampilan mengajar
guru. Seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat
digunakan bila diperlukan.
Dari sepuluh kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa balikan
merupakan suatu cara dan alat untuk memberikan pertolongan kepada guru yang
mengalami kesulitan baik aspek pedagogik maupun materi pelajaran. Sarana dalam
menetapkan identitas guru, karena secara tidak langsung menjawab pertanyaan
“siapa sebenarnya saya ini?”. Peranan utama seorang supervisor adalah
menciptakan kerjasama yang memungkinkan pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang
yang diajaknya bekerjasama. Oleh karena itu supervisor diharapkan mampu
melaksanakan fungsi mendiagnosis dan menilai, merencanakan, memberi motivasi,
memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1.
supervisi
klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan
matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional
guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan
konsisten.
2.
Supervisi
klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara mengajar
serta didasarkan atas bukti pengamatan.
3.
Tujuan
supervisi klinis meliputi tujuan umum dan khusus
4.
Kriteria
dan teknik supervisi klinis meliputi pertemuan pendahuluan, observasi guru pada
saat bekerja dan peninjauan pola atau teknik balikan
B.
Saran
- saran
Dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai upaya harus dilakukan oleh
stakeholder pendidikan. Salah satu upaya yang dimaksud adalah supervisi guru.
Supervisi guru bukan hanya dilakukan oleh supervisor tetapi dapat pula
dilakukan oleh kepala sekolah maupun teman sejawat dengan melakukan supervisi
klinis. Kegiatan supervisi klinis dapat dilaksanakan dengan baik setelah
memahami konsep dan langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus,
Standar Supervisi Pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah,Derpartemen agama,
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Hadari,
Nawawi, Adminstrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Jati, 1983
Rivai.
Moch., Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jammers, 1987
Sagala,
Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, ( Cet. Ke-5, Bandung;
Alfabeta, 2005).
Sutisna,
Oteng, Adminstrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung:Angkasa,
1983
1 Komentar:
Terima kasih sudah berbagi, sangat membantu sekali.
Informasi terkait kepala sekolah, guru dan wali kelas saya mendapatkannya lengkap disini http://gurukepsek.wordpress.com/.
Thanks
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda