Makalah Filsafat Ilmu
BAB I
PERENUNGAN FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Apakah Filsafat itu? Orang mengatakan bahwa filsafat
"tidak membuat roti" dan ucapan ini sepenuhnya benar. Filsafat tidak memberikan petunjuk-petunjuk
untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. sebenarnya jika didalam Filsafat anda mencari jawaban yang terakhir maka
kita akan kecewa terhadap persoalan yang dihadapi. Dalam berfilsafat kita mulai
menyusun sistem filsafat yang di dalamnya kita dapat menempatkan
persoalan-persoalan yang dihadapai serta akan menemukan jawabannya. Dalam
berfilsafat kita akan terbiasa mengadakan penalaran serta menyempurnakan
pemikiran karena kita menyadari bahwa jawaban-jawaban kita tidak bersifat tetap
dan belum tentu diterima oleh semua pihak.
Filsafat membawa kita kepada
pemahaman dan tindakan, meskipun filsafat
"tidak membuat roti" namun secara sederhana tujuan filsafat adalah mengumpulkan
pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan
ini, menemukan hakekatnya, menertibkan dan mengatur semuanya ke dalam bentuk
yang sistematis. Filsafat membawa kita kepada
pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Sebuah
contoh klasik. pada sekitar tahun 399 SM, seorang filusuf bernama Socrates dihukum
mati atas tuduhan merusak jiwa kaum muda Athena. Tetapi Socrates mempunyai
banyak teman yang kaya yang mengambil keputusan, bahwa menurut hemat mereka
sorates dihukum secara salah, mereka akan membantu untuk melarikan diri tetapi Socrates
tidak mau melakukannya, kepada kawan-kawannya ia berkata, sebelum ia
melakukannya perlu ditentukan terlebih dahulu apakah perbuatan melarikan diri
layak baginya, inilah ucapan seorang filsuf, harus berfikir lebih dahulu
sebelum melakukan bertindak. Setelah berdiskusi dengan teman-temannya dengan
berbagai argumentasi, akhirnya mereka sepakat bahwa tidak layak bagi seorang
Sokrates untuk melarikan diri.
Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat. Contoh diatas
menunjukan bahwa filsafat berbeda sama sekali
dengan membuat roti. Filsafat merupakan suatu analisa
secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan
penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi
dasar suatu tindakan. Kegiatan kefilsafatan itu yang dinamakan perenungan atau pemikiran
Perenungan atau pemikiran jenis ini berupa meragukan segala sesuatu,
mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan lainnya,
menanyakan "mengapa" mencari jawaban yang lebih baik dibandingkan
dengan jawaban yang tersedia pada pandangan pertama. Filsafat
sebagai perenungan
mengusahakan kejelasan, keruntutan, dan menyempurnakan keadaan pengetahuan agar
kita memperoleh pemahaman.
Filsafat merupakan
pemikiran secara sistematis, kegiatan kefilsafatan ialah merenung. Tetapi
merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat
untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah
percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai
untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita
sendiri. Perenungan ke filsafatan dapat merupakan
karya satu orang yang dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan pikirannya
berusaha keras untuk menemukan alasan serta penjelasan dengan semacam bertanya
kepada diri sendiri atau perenungan itu dapat pula dilakukan oleh dua orang
atau lebih di dalam suatu percakapan ketika mereka melakukan analisa, melakukan
kritik dan menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik.
Perenungan kefilsafatan
ialah sejenis percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri atau dengan orang
lain. Perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai pertentangan diantara
alternatif-alternatif yang masing-masing berpegangan pada unsur yang penting,
dan kemudian mencoba untuk megujikan pada pengalaman, kenyataan empirik, dan
akal. Hal ini terjadi dalam filsafat pengetahuan. Ada yang berpendapat bahwa
pengetahuan dapat diperoleh hanya melalaui pengalaman yang disebut aliran empirisme, dan ada yang berpendirian
bahwa pengetahuan diperoleh melalui akal yang disebut aliran rasionalisme.
B. Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan
1.
Suatu Bagan
konsepsional
Perenungan
kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan konsepsional. Konsep (rencana
kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman tentang sesuatu
hal atau sebuah proses. Seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada
disekitarnya serta dunia yang ada dalam dirinya, melainkan juga membicarakan
perbuatan berfikir itu sendiri. Ia tidak hanya ingin mengetahui hakekat kenyataan
dan ukuran-ukuran untuk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan
mengenai segala sesuatu, melainkan ia berusaha menemukan kaidah-kaidah berfikir
itu sendiri, apakah, bagaimana caranya serta mengapa suatu pemikiran membawa
kita kepada kesimpulan yang benar. Karena itu filsafat
merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang
umum. Diantara proses-proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri.
2.
Saling hubungan
antarjawaban-jawaban kefilsafatan
Dalam usaha untuk
memberikan jawaban terhadap suatu macam persoalan, akan menyangkut
pertanyaan-pertanyaan lain yang harus pula diselesaikan. Dalam menjawab kebenaran, orang harus mengetahui kenyataan, untuk mengatakan apakah yang
dinamakan kebajikan orang terpaksa mencari penyelesaian mengenai pertanyaan
tentang kemerdekaan kehendak, yang mau tidak mau membawa kita pada pertanyaan
tentang susunan dunia tempat kita hidup.
3.
Sistem Filsafat
Harus bersifat koheren
Perenungan
filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren (runtut) yang konsepsional. Artinya bagan konsepsional yang
merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
4.
Filsafat merupakan pemikiran secara rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun bagan konsepsional bersifat rasional. Yang dimaksud
dengan "bagan konsepsional yang bersifat rasional "ialah bagan, yang
bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
5.
Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh (komprehensif)
perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk
dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Ilmu memberi penjelasan
tentang kenyataan empiris yang dialami sedangkan filsafat berusaha memperoleh penjelasan
mengenai ilmu itu sendiri bahkan meliputi lebih banyak hal lagi, baik dunia
seluruhnya maupun dirinya sendiri.
6.
Suatu pandangan
dunia.
Perenungan
kefilsafatan berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu
pandangan dunia, yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua hal yang
ada didalamnya.
7.
Suatu definisi
pendahuluan
Dalam
perenungan kefilsafatan kita berusaha mencari dasar-dasar bagi
kepercayaan-kepercayaan kita.
Berdasarkan ciri-ciri filsafat di atas
maka dapat ditarik suatu deinisi operasional tentang filsafat yaitu
hasil perenungan kefilsafatan. Perenungan filsafat bisa bermakna pemikiran
ilmiah walaupun ada juga yang membedakannya. Perbedaannya antara lain adalah
didalam pemikiran ilmiah atau ilmu (Positif) membicarakan fakta-fakta sedangkan
filsafat mempermasalahkan hal-hal yang bersifat umum.
Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta-fakta tetapi
filsafat berusaha untuk menguji fakta-fakta tersebut apakah penjelasannya sudah
memadai. Filsafat membicarakan fakta-fakta dengan dua cara, yaitu: 1. Filsafat
mengajukan kritik terhadap makna yang dikandung fakta-fakta dan, 2 filsafat
menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
BAB II
METODE KEFILSAFATAN
A. Tata Cara Perenungan Kefilsafatan.
Tata cara mengandung arti yang lebih
daripada sekedar melukiskan hasil terakhir. Tata cara membutuhkan hal-hal yang
lebih terinci mengenai metode-metode yang harus dipakai dan sejumlah contoh
tentang bagaimana menerapkan metode-metode tersebut. Di dalam berfilsafat ada dua metode yang sering digunakan yaitu:
analisa dan Sintesa
1. Analisa
Didalam filsafat analisa berarti
perincian istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan kedalam bagian-bagian
terkecil sehingga dapat melakukan pemeriksaan terhadap makna yang dikandungnya.
Analisa mempunyai bagian-bagian tertentu yaitu:
a. Ekstensi
dan intensi
Dalam mengadakan analisa pelu melakukan pemeriksaan
secara konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang
dipergunakan dalam pernyataan-pernyataan yang kita buat. Pemeriksaan ini
mempunyai dua macam segi yaitu berusaha memperoleh makna baru terhadap
istilah-istilah bersangkutan (Intensi =
sifat-sifat istilah) dan menguji istilah-istilah tersebut melalui
penggunanaannya (ekstensi = penerapan)
b.
Definisi Ostensif
Definisi ostensif adalah definisi dengan jalan menunjuk
secara langsung makna dari sesuatu yang akan didefinisikan atau menunjukkan
ekstensi istilah tersebut.
c. Makna
yang dikandung oleh pernyataan (“statement”)
Dalam filsafat perlu melakukan analisa terhadap makna
sebuah kalimat yaitu dengan membandingkannya dengan klimat-kalimat lain yang
sejenis untuk m,engetahui secara jelas tentang apa yangt dimaksudkannya.
d.
Makna
tidak identik dengan kebenaran
Analisa terhadap makna tidaklah menetapkan kebnaran atau
kesalahan suatu kalimat.
e. Filsafat Kritik
Filsafat kritik adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang makna
istilah-istilah serta pernyataan-pernyataan dengan memakai metode analisa.
Seorang filsuf Britania yaitu C.D. Broad menyatakan adanya hubungan yang sangat
erat antara analisa terhadap makna dengan penyusunan teori-teori kefilsafatan.
2. Sintesa
Sintesa adalah lawan dari analisa.
Sintesa adalah pengumpulan atau
mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun pandangan
dunia. Sintesa juga bermakna penyusunan sistem atau oleh C.D. Broad dikatakan sebagai
filsafat spekulatif, dimana seorang
filsuf bertolak dari sejumlah besar bahan keterangan sehingga jika lebih banyak
pengetahuan yang dipunyai oleh seorang filsuf mungkin akan menyebabkan sistemnya lebih baik dan
lebih luas. Sintesa adalah usaha untuk mencari kesatuan di dalam keragaman
3. Melakukan penyimpulan.
Untuk melakukan penyimpulan maka
dibutuhkan perabot-perabot metodologi. Perabot-perabot untuk melakukan penyimpulan
bergerak dari bahan-bahan ke kesimpulan. Perabot-perabot yang dimaksud adalah:
a. Logika
Logika ialah ilmu pengetahuan untuk menguraikan tentang
aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan setelah didahului oleh
suatu perangkat premise. Logika dibagi dalam dua cabnag yaitu:
1.
Logika deduktif
Logika
deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih
dahulu telah diajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah masalah. Kesimpulan yang sah
pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan
dari pernyataan-pernyataan yang telah diajukan.
2.
Logika Induktif
Logika
induktif membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan-pernyataan umum, melainkan dari hal-hal yang khusus, kesimpulannya
hanya bersifat probabilitas (kemungkinan).berdasarkan atas
pernyataan-pernyataan yang telah diajukan
b. Analogi
dan komparasi
Suatu penalaran secara analogi berusaha untuk mencapai
suatu kesimpulan dengan menggantikan apa yang kita coba untuk membuktikannya
dengan sesuatu yang serupa, namun yang lebih dikenal. Dan kemudian menyimpulkan
kembali apa yang mengawali penalaran kita
Agar suatu penalaran dapat membawa kita kepada kesimpulan
yang dapat diterima, maka perlu kiranya
menetapkan lurus atau sahnya pemikiran seseorang serta bahan yang mengawali
pemikiran tersebut, hal ini disebut metode verifikasi. Untuk melakukan
verifikasi, maka ada dua metode yang digunakan yaitu observasi (pengamatan) dan
kontradiksi (pertentangan).
B. Cara Memulai Dan Melanjutkan Dalam Perenungan Filsafat
Dalam memulai dan melanjutkan
perenungan filsafat, maka tahapan-tahapan perenungan yang harus diikuti menurut filsuf besar
Deskartes adalah:
1.
Merumuskan Masalah
Tahap
pertama dalam perenungan filsafat adalah menyadari adanya masalah, membatasi
sebaik mungkin masalah tersebut dan menentukan apa yang akan diselidiki.
Perumusan masalah menurut Deskartes dilakukan melalui dua hal yaitu:
a.
Menguji prinsip-prinsip yang mendasari hal-hal yang
semula dipercayainya
b.
Menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarnnya
dan menyimpulakn daripadanya kebenaran-kebenaran yang lain.
2.
Meragu-ragukan dan menguji secara rasional
anggapan-anggapan
Setelah
merumuskan masalah, Deskartes mulai menguji pengetahuan yang diperoleh melalui
indera, dari kesadaran untuk membedakannya dari pengetahuan yang diperoleh dari
tidur maupun dari akal. Ia menemukan alasan-alasan untuk meragukan segala
sesuatu yang ada disekitarnya, hakekat sesuatu yang bersifat fisik, kebenaran
matematik dan hal-hal lain. Dalam hal ini Deskartes akan menguji secara
rasional segala hal yang ada sangkut
pautnya dari apa yang dianggapnya benar.
3.
Memeriksa penyelesaian-penyelesaian sebelumnya
Langkah
ketiga dalam perenungan kefilsafatan aalah mengenal apa yang dikatakan
orang-orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji
penyelesaian-peneyelesaian mereka
4.
Memberikan Hipotesa
Langkah
keempat dalam perenungan filsafat adalah menyarankan suatu hipotesa yang
kiranya dapat memberikan jawaban atas
masalah yang diajukan. Dari pengajuan hipotesa tesebut selanjutnya akan
diberikan makna hipotesa kemudian disajikan semua bahan bukti yang dapat
ditemukan untuk mengukuhkan dan
menunjukkan bahwa bukti yang menentang hipotesa tersebut, bukanlah bahan bukti
yang sah atau tidak ada sangkut pautnya dengan masalahnya. Dan akhirnya perlu
dipergunakan deduksi untuk mendapatkan implikasi-implikasi yang dikandung oleh
hipotesa tersebut
5.
Menguji konsekuensi-konsekuensi
Langkah
selanjutnya dalam perenungan filsafat adalah verifikasi terhadap hasil-hasil
penjabaran yang telah dilakukan. Karena filsafat berusaha memahami, maka tugas
pokonya pada hakekatnya ialah memperoleh pengetahuan. Verifikasi berupa
pengamatan yang lebih banyak, melakukan perbandingan-perbandingan dan kemampuan untuk
mengatasi kritik yang dapat ditujukan dengan menentang hipotesa yang
disarankan.
6.
Menarik Kesimpulan
Langkah
terakhir adalah penarikan suatu kesimpulan mengenai masalah yang mengawali
penyelidikan kita. Kesimpulan yang
diperoleh dapat bermacam-macam, yaitu:
a.
Kemungkinan
masalahnya bukan masalah yang bermakna.
b.
Masalahnya mungkin bermakna tetapi tidak bisa dijawab
c.
Masalahnya mungkin erjawab dengan mengiakan atau
mengingkari
d.
Maslahnya mungkin dijawab dengan menerima suatu hipotesa
e.
Masalahnya dapat dijawab secara deskriptif yakni dengan
menggambarkan situasi atau proses yang bersangkutan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mempelajari
filsafat seperti ungkapan orang “tidak membuat roti”, filsafat juga tidak
memberikan petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga
tidak melukiskan teknik-teknik untuk membuat sesuatu. Namun demikian walaupun
filsafat tidak engajari teknik-teknik tertentu untuk membuat sesuatu akan
tetapi filsafat akan mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini untuk menemukan hakekat sesuatu
dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa manusia pada pemahaman dan
pemahaman membawa manusia pada tindakan yang lebih layak.
Langkah awal dalam mendalami
filsafat dimulai dari perenungan filsafat. Dalam perenungan filsafat digunakan
metode-metode filsafat yaitu analisa, dan sintesa. Selain itu filsafat juga
memiliki perabot-perabot metodologi yaitu logika, induksi, deduksi, analogi dan
komparasi.
Untuk memulai dan melanjutkan
perenungan kefilsafatan oleh Deskartes ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut: Merumuskan masalah, melakukan pengujian, memberikan hipotesa,,menguji
konsekuensi-konsekuensi serta menarik kesimpulan.
B. Saran-saran
Filsafat
menurut banyak orang adalah sesuatu yang membingungkan, akan tetapi filsafat
harus disadari sebagai induk pengetahuan yang memiliki kedalaman makna. Sebagai
sumber dan dasar pengetahuan maka tidak ada jalan lain bagi sipencari ilmu, dan
yang mengharapkan kebanaran untuk menggali dan mempelajari filsafat tersebut.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda